Rijal Satria, Sang Penemu Semut Baru Sumatera
Ilustrasi semut Odontomachus (Antwiki.org)
Peneliti bidang hewan semut di Sumbar lulusan Universitas Tokyo Metropolis Jepang Dr Rijal Satria menemukan jenis semut baru di Sumatera dengan karakteristik berahang jebak Odontomachus minangkabau.
"Jenis semut ini telah ditemukan sejak 2015 di hutan Sumbar, hanya publikasinya baru sekarang," kata Rijal di Padang, Kamis.
Dia menyebutkan semut berahang jebak atau genus Odontomachus di Sumatera terdapat lima jenis, untuk semut ini secara morfologi terlihat perbedaan dalam hal toraks atau dadanya.
Pada umumnya Odontomachus jenis lainnya memiliki toraks atau dada yang melingkar sedangkan untuk Odontomachus minangkabau berbentuk transversal atau melintang.
Kemudian memiliki ukuran tubuh yang mikroskopik antara 2 hingga 4 milimeter dan hanya dapat dilihat secara jelas menggunakan mikroskop atau alat pembesar.
Semut ini jenis karnivora dan berperan sebagai predator atau pemangsa di alam khususnya jenis rayap serta kolembola.
Habitat semut ini di hutan primer maupun sekunder beriklim tropis dengan kelembaban tinggi seperti di Sumbar pada hutan Lembah Anai, Pinang-Pinang dan Bukit Barisan.
Untuk spesimen utuh saat penemuan sendiri kata dia ditemukan di Hutan Pendidikan Unand, yang terdiri atas pekerja, tentara, ratu dan pejantan semut tersebut.
Sejauh ini kata Rijal, karakteristik semut baru berupa morfologi atau bentuk dari luarnya saja.
Dalam menemukan semut ini dirinya melaksanakan bersama dosen Unand Dr Henny Herwina dan sejumlah ilmuwan Jepang yakni Kurushima, Yamane, dan Eguchi.
Menurut dia masih dapat dikembangkan untuk penelitian lainnya misalnya anatomi, hubungan ekologi, peran bioindikatornya serta manfaat bagi manusia.
Khusus untuk manfaat tersebut, baru-baru ini tengah dikembangkan untuk antibiotik melalui ekstraksi dari kelenjar metaplural yang ada pada semut.
Pada dasarnya kata Rijal semua semut memiliki kelenjar metaplural namun jenis berukuran besar memiliki potensi lebih besar menghasilkan zat antibiotik.
Bisa saja kata dia jenis Odontomachus minangkabau memiliki manfaat yang besar bagi manusia semisal antibiotik tersebut, bergantung pada kelanjutan penelitian tersebut.
Saat ini kata dia peneliti dari Indonesia dan Jepang terus mencari kemungkinan keberadaan jenis semut baru khususnya di Sumatera, termasuk pengembangan penelitian jenis Odontomachus. *
* Artikel dilansir dari antaranews.sumbar.com
Peneliti bidang hewan semut di Sumbar lulusan Universitas Tokyo Metropolis Jepang Dr Rijal Satria menemukan jenis semut baru di Sumatera dengan karakteristik berahang jebak Odontomachus minangkabau.
"Jenis semut ini telah ditemukan sejak 2015 di hutan Sumbar, hanya publikasinya baru sekarang," kata Rijal di Padang, Kamis.
Dia menyebutkan semut berahang jebak atau genus Odontomachus di Sumatera terdapat lima jenis, untuk semut ini secara morfologi terlihat perbedaan dalam hal toraks atau dadanya.
Pada umumnya Odontomachus jenis lainnya memiliki toraks atau dada yang melingkar sedangkan untuk Odontomachus minangkabau berbentuk transversal atau melintang.
Kemudian memiliki ukuran tubuh yang mikroskopik antara 2 hingga 4 milimeter dan hanya dapat dilihat secara jelas menggunakan mikroskop atau alat pembesar.
Semut ini jenis karnivora dan berperan sebagai predator atau pemangsa di alam khususnya jenis rayap serta kolembola.
Habitat semut ini di hutan primer maupun sekunder beriklim tropis dengan kelembaban tinggi seperti di Sumbar pada hutan Lembah Anai, Pinang-Pinang dan Bukit Barisan.
Untuk spesimen utuh saat penemuan sendiri kata dia ditemukan di Hutan Pendidikan Unand, yang terdiri atas pekerja, tentara, ratu dan pejantan semut tersebut.
Sejauh ini kata Rijal, karakteristik semut baru berupa morfologi atau bentuk dari luarnya saja.
Dalam menemukan semut ini dirinya melaksanakan bersama dosen Unand Dr Henny Herwina dan sejumlah ilmuwan Jepang yakni Kurushima, Yamane, dan Eguchi.
Menurut dia masih dapat dikembangkan untuk penelitian lainnya misalnya anatomi, hubungan ekologi, peran bioindikatornya serta manfaat bagi manusia.
Khusus untuk manfaat tersebut, baru-baru ini tengah dikembangkan untuk antibiotik melalui ekstraksi dari kelenjar metaplural yang ada pada semut.
Pada dasarnya kata Rijal semua semut memiliki kelenjar metaplural namun jenis berukuran besar memiliki potensi lebih besar menghasilkan zat antibiotik.
Bisa saja kata dia jenis Odontomachus minangkabau memiliki manfaat yang besar bagi manusia semisal antibiotik tersebut, bergantung pada kelanjutan penelitian tersebut.
Saat ini kata dia peneliti dari Indonesia dan Jepang terus mencari kemungkinan keberadaan jenis semut baru khususnya di Sumatera, termasuk pengembangan penelitian jenis Odontomachus. *
* Artikel dilansir dari antaranews.sumbar.com