Kehadiran Bintang Benamkan Indonesia di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020
Ilustrasi bola |
Masuknya dua bintang muda Indonesia Egy Maulana Vikri dan Saddil Ramdani tidak memberikan kontribusi apapun, setelah timnas U-23 Indonesia karam di Piala Asia U-23 di Vietnam.
Bahkan dari dua pertandingan menghadapi Thailand 21 Maret 2019 dan Vietnam 24 Maret 2019 keberadaan keduanya justru mengubah permainan timnas dan lebih defensif.
Hal ini berbeda saat di Piala AFF U-22 Februari lalu, Timnas bermain spartan , tanpa beban hasilnya meraih juara dengan mengandaskan Vietnam dan Thailand.
Bila dari pernyataan beberapa pengamat singkatnya waktu adaptasi Egy dan Saddil menjadi faktor buruknya permainan timnas.
Meskipun demikian teksinfo memiliki pandangan lain, sebab kemungkinan besar faktor masuknya dua bintang tersebut yang menghancurkan mimpi pasukan Indra Sjafri untuk melangkah lebih jauh di Piala Asia. Berikut akan disampaikan lima faktor hancurnya Timnas di Kualifikasi Piala Asia tersebut.
1. Lamanya Egy di Eropa menyebabkan kekompakan tim berkurangMelejitnya nama Egy Maulana di media bukan hanya berdampak positif bagi timnas namun juga negatif khususnya bagi rekan setim. Ada kemungkinan lamanya waktu terpisah Egy bersama mantan rekan saat di U-19 seperti Witan Sulaeman, Firza Andika atau Nur Hidayat menjadikan kekompakan permainan lebih berkurang.
2. Masuknya Egy dan Saddil mengubah permainan timSebenarnya chemistry Egy Maulana dan rekan setimnya di Timnas sudah lama terjalin begitu pun dengan saddil. Namun tidak ikut serta keduanya di AFF Cup menjadikan kekompakan agak sulit terjalin. Bila dilihat dari dua pertandingan Piala Asia tersebut Indonesia jauh bersifat defensif dan banyak menunggu bola. Hal ini berbeda saat Gian Zola atau Todd Rivaldo bermain, lebih atraktif dan kuat menyerang.
3. Asnawi Mangku Alam kurang agresifSalah satu faktor suksesnya timnas di Piala AFF yakni agresifnya permainan sayap PSM tersebut. Pergerakan Asnawi dapat merusak lini tengah sekaligus belakang tim lawan di sinilah peran Marinus untuk mencetak peluang. Pada pertandingan di Piala Asia, pergerakan Asnawi cenderung ke dalam sehingga serangan agak sulit dimulai dan cenderung bertahan.
4. Vietnam dan Thailand sukses mematikan MarinusFaktor lainnya hancurnya timnas yakni matinya striker Marinus Wanewar di lini depan. Dalam dua pertandingan di Piala Asia Marinus dimatikan oleh bek lawan akibatnya goal getter Timnas tidak ada. Sedangkan pergerakan Egy Maulana yang cenderung individual kerap terbentur di tengah jalan.
5. Vietnam dan Thailand move on, Indonesia pertahankan winning teamFaktor ini juga menjadi penyebab hancurnya Indonesia di tangan kedua musuh bebuyutan tersebut. Thailand dan Vietnam memasukkan beberapa pemain baru menggantikan pemain sebelumnya dan berlatih lebih keras, sedangkan Indonesia memasukkan pemain winning team juara dan ditambah Egy Maulana dan Saddil Ramdani. Ada kemungkinan keberadaan Egy dan Saddil yang secara permainan telah ditebak oleh Vietnam dan Thailand faktor sulitnya berkembangnya permainan.
Itulah lima faktor penyebab kekalahan timnas yang justru di saat hadirnya bintang seperti Egy Maulana dan Saddil Ramdani. Analisis ini bukan menjadi rujukan hanya sebuah pertimbangan dari buruknya permainan timnas dari pandangan pengamat dan penonton.