Pengamat : Tujuan Survei Harimau Masih Kabur
Harimau Sumatera (Istimewa) |
Pengamat bidang biologi dan lingkungan dari STKIP PGRI Sumatera Barat Fachrul Reza, M.Si menilai tujuan dari survei populasi harimau yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama sejumlah LSM di Sumatera masih tidak jelas dan kabur.
Menurut dosen lulusan Biologi Universitas Andalas tersebut beberapa hal tentu akan menjadi pertanyaan bagi masyarakat khususnya peneliti. Sebagai contoh terkait keberlanjutan saat jumlah populasi telah didapatkan.
Bila memang keberlanjutannya untuk menginventarisasi jumlah yang ada pada titik tertentu, pastinya memiliki sasaran tertentu juga. Misalnya populasi harimau di Jambi atau Sumbar ditemukan, maka sasarannya konservasi atau perlindungan dapat juga antisipasi konflik dengan manusia.
Fachrul Reza, M.Si |
Kepentingan survei tersebut kata dia harus jelas sebab bila tidak, akan menjadi makanan empuk pihak yang tidak bertanggung jawab nantinya. Bisa saja setelah terkumpul data populasi, dan informasi menjadi terbuka dan dimanfaatkan bagi kepentingan semisal bisnis atau politik.
Bisa saja setelah data Harimau terkumpul termasuk habitatnya, menjadi indikator untuk melihat toleransi pada pembukaan hutan. Karena suatu hutan tidak dilalui jalur harimau tentu layak dibuka meskipun faktor lain ikut mempengaruhi. Atau bisa saja dimanfaatkan oleh bisnis buru ilegal yang justru leluasa melakukan perburuan harimau karena mengetahui secara jelas keberadaan hewan tersebut.
Merujuk konservasi juga KLHK harus meninjau secara terperinci apakah untuk hewan atau habitat. Sebab bila untuk hewan tentu disinyalir dapat menganggu keseimbangan alam lainnya. Namun bila untuk konservasi habitat tentu data populasi bukan hanya harimau namun flora dan fauna lainnya.
Hal lain yang perlu jadi pengawasan KLHK terkait keterlibatan LSM dari luar negeri yang tujuan masih belum diketahui secara pasti. Sebagai contoh bila nantinya diperlukan untuk penelitian tentu kelayakan dan komitmen dari peneliti harus kuat. Jangan sampai secara dokumen untuk penelitian kelanjutannya tereksploitasi.
Hal ini penting mengingat terdapat perbedaan mendasar antara peneliti di Indonesia dan luar negeri. Peneliti di Indonesia cenderung terpisah dari hobiis sedangkan di luar negeri cenderung dekat bahkan merangkap.
Seharusnya KLHK belajar dari eksploitasi sumber daya di berbagai ilmu yang banyak "data lost control". Datang ke Indonesia meneliti kemudian mengambil aset dan kemudian berkembang di luar negeri.
Dalam hal ini bila KLHK tetap melanjutkan survei, kerahasiaan data hasil survei harus terjaga. Tidak bisa sembarang dilansir banyak media massa terlebih dari luar negeri. Sehingga kepentingan di masa depan tetap hanya Indonesia yang mengetahuinya.