Pandemi Covid-19, Optimalkan Kebutuhan Lewat Layanan Catering Rumahan
Ilustrasi makanan catering (Istimewa) |
Pandemi Covid-19 yang terjadi Di Indonesia dalam satu bulan terakhir telah terasa imbas negatif secara ekonomi bagi masyarakat, yang memaksa memutar otak dalam memenuhi kebutuhannya.
Bayangkan saja semenjak pandemi menjalar pada awal Maret telah ada 1 juta lebih pegawai yang di PhK sementara alias dirumahkan (data pemerintah RI) sebagian besar sektor swasta.
Dengan kata lain dengan batas berakhirnya pandemi tidak diketahui secara pasti, menjadikan pengangguran bertambah.
Itu belum menyusul bagi pedagang dan pengusaha kecil menengah yang terkena imbas seperti restoran, warung dan produksi skala kecil menengah lainnya.
Sementara anjuran kuat untuk diam di rumah terus menggema, hal ini praktis memaksa masyarakat bertindak pasif. Yakninya meminimalkan ke luar rumah termasuk mencari panganan atau konsumsi.
Tapi bila ditilik ada satu hal yang bisa diupayakan meski hanya dari rumah, yakni memindahkan usaha di luar ke dalam rumah. Di sini penulis mencontohkan restoran , menjadi pesan antar makanan atau hidangan dengan istilahnya catering makanan.
Bahkan usaha Catering makanan bukan hanya dapat dilakukan oleh pemilik restoran saja tapi juga swadaya masyarakat di beberapa perumahan atau kampung untuk membuatnya.
Nah konsepnya seperti pedagang hidangan buka puasa namun lebih kepada sistem layanan pesan kemudian antar. Hanya saja ini secara daring atau kekeluargaan dilakukan dari rumah.
Seperti mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan katakan, sistem catering harus terorganisir dengan adanya produsen, promotor dan distributor kecil-kecilan. Bisa saja hubungannya melalui handphone atau pertemuan skala kecil dengan jumlah tidak lebih dari lima orang untuk menentukan kesepakatan.
Minimal sistem catering ini dapat menjangkau satu kampung, RT, RW atau perumahan saja. Skala besarnya tentu bisa menjangkau antar kampung atau perumahan bahkan wilayah.
Kemudian dalam sistem catering juga diberlakukan sistem infak sedekah artinya memberikan kepada yang membutuhkan dengan cuma-cuma tanpa membayar. Kemudian memberlakukan harga murah kepada semua yang memesan.
Memang sih merugi hanya di sinilah bentuk donasi kita kepada yang membutuhkan, mengingat pandemi sudah mendampak seluruh daerah, kita semua telah menjadi warga terdampak.
Untuk distributor bisa dilakukan oleh kesepakatan atau menggunakan layanan ojek yang selama ini ikut daring atau mangkal di sekitar wilayah. Tentunya sistem higienis dan pola hidup bersih dan sehat harus diterapkan termasuk pesan dan layanan ini.
Sejatinya bila ini dilakukan minimal untuk satu kampung atau perumahan saja, kebutuhan pangan akan tercukupi yang merupakan hal penting untuk menjalankan hidup. Barulah setelah itu melalui inisiatif dan kreatif menjalankan bisnis lainnya.
Bila dilihat sistem ini akan tetap menggiatkan masyarakat dalam bekerja dan memenuhi kebutuhan ekonominya. Di samping itu juga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Paling penting meski dengan physical distancing dan menggunakan APD silaturahim masih terjalin.
Memang akan ada kendala dalam membeli barang kebutuhan namun ini juga bisa dilakukan swadaya gotong royong atau perorangan. Atau bahan makanan yang ada di rumah dikreasikan menjadi masakan atau panganan yang layak dan dibutuhkan. Terlebih dengan adanya layanan daring banyak warga yang membagikan resep makanan atau masakan yang dapat dibuat secara homemade.
Hanya dua Minggu lagi Ramadhan atau bulan puasa akan datang, pada suasana tersebut pola catering ini amat dibutuhkan untuk mengganti pasar pabukoan atau layanan panganan buka puasa. Selain itu bagi yang telah berlebih dan gemar berinfak dan sedekah kesempatan mendapat pahala berkali lipat dengan memberikan menu sahur dan buka secara cuma-cuma kepada warga yang miskin.
Dengan lockdownnya semua kegiatan hiburan serta swalayan, saatnya dana rutin tersebut itu dapat dialihkan pada penyediaan makanan murah dan infak serta sedekah. Tidak perlu jauh-jauh minimal dijual murah atau diberikan pada keluarga besar, tetangga atau handai tolan yang ada di sekitar kita.
Atau bila masih memikirkan untung rugi , dapat juga melalui kesepakatan semua keluarga membuat hidangan kemudian mengadakan tukar menukar panganan atau secara serentak membuat panganan buka dan sahur dadakan untuk dijual dan diantar ke warga sekitar.
Tentunya semua ini harus disertai dengan kedisiplinan serta kepatuhan pada langkah tanggap darurat Covid-19. Serta jiwa gotong royong dan tenggang rasa. Namun sejatinya semua warga Indonesia secara langsung dan tidak telah mempunyai jiwa tersebut tinggal saja di percik dan memotivasi kembali.
Kembali ini hanya catatan seorang penulis yang sesungguhnya masih banyak keterbatasan dan ketidakmampuan. Namun setidaknya apa yang disampaikan di sini telah dilakukan secara kecil-kecilan meski dampaknya belum terlalu terasa. Apa salahnya dicoba, siapa tahu menguntungkan dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Penulis : Denya