7 Perbedaan Bos Suka Diservis dan Menyervis
Ilustrasi (pixabay.com) |
Menjadi pimpinan suatu organisasi atau institusi tidaklah mudah terutama dalam memberikan kesan positif kepada anggota atau bawahan, sebab bila keliru melangkah justru kesan negatif yang didapat.
Dalam perjalanan suatu organisasi atau unit kerja tentu tidak selalu ditemukan pimpinan yang bersifat leader atau mampu memperbaiki keadaan anggota dan organisasi dengan baik atau istilahnya "nyervis".
Banyak juga seorang pemimpin yang justru merasa "layak" dan "mutlak" pada apa yang dipimpinnya. Sehingga menganggap dirinya justru perlu dilayani dengan baik atau diservis.
Seorang pimpinan atau bos yang suka nyervis dan diservis tentu memiliki perbedaan yang sangat kentara. Berikut teksinfo paparkan 7 beda kriteria pimpinan atau bos yang suka diservis dan nyervis berdasarkan pengamatan dan pendapat salah seorang tokoh masyarakat di Padang.
1. Orientasi hasil dan proses
Perbedaan pertama yakni bos yang suka diservis lebih mementingkan hasil akhir dan cenderung mengabaikan proses. Sedangkan yang suka nyervis lebih mengutamakan proses namun juga tidak mengabaikan hasil. Biasanya bos yang senang diservis memiliki target tertentu yang sifatnya "forces" harus dikejar anggota. Ini biasa terjadi di sebuah perusahaan yang memang memerlukan hasil dan keuntungan yang instan. Sementara bos yang suka nyervis tetap memiliki target tertentu namun bersifat solutif dan inovatif dengan memperhatikan proses termasuk keadaan anggotanya serta mengamati perkembangan kerjanya. Bos yang suka nyervis tidak akan mengambil orientasi memaksa dalam bekerja namun lebih memberdayakan.
2. Harus Didengar dan mendengar
Bos yang ingin diservis jelas setiap arahannya harus didengarkan dan segera dilaksanakan. Akan tetapi bos yang suka nyervis tidak serta merta mengharuskan anggotanya mendengarkan setiap arahan, namun justru mendorong untuk mencari makna dan mempelajari setiap arahannya. Tidak segan juga bos yang suka nyervis mendengar suara dari anggotanya yang justru jadi masukan guna perkembangan organisasinya.
Ilustrasi (pixabay.com) |
3. Segera dan bertahap dalam mencari solusi masalah
Bos yang suka diservis jelas tidak ingin berlama lama dengan masalah organisasi atau unitnya. Kadang kala dengan berbagai cara termasuk mengabaikan kondisi anggotanya, bos yang suka diservis segera menyelesaikan setiap masalahnya. Walaupun kadang kala dalam hasilnya tidak tepat sasaran. Bos yang suka diservis merasa organisasi atau unit adalah kekuasaan mutlaknya. Hal ini berbeda dengan bos yang suka menyervis lebih sabar dan bertahap dalam mencari solusi setiap masalah. Tentu juga tidak mengabaikan kondisi anggota dan organisasinya. Bahkan tidak jarang persoalan diselesaikan dengan melibatkan anggotanya secara bersama. Sebab bagi bos yang suka nyervis, organisasi atau perusahaan adalah milik dan tanggung jawab bersama. Tipikal bos ini menekankan bahwa semua anggota atau pegawai harus dapat menjaga nama baik seakan unit tersebut adalah milik semua.
4. Buru-buru dan sabar
Ini sejalan dengan orientasi hasil dan proses tadi. Bos yang harus diservis cenderung terburu-buru dalam mengejar hasil kinerja yang kadang juga mengabaikan aturan yang berlaku. Bos tipikal seperti ini selalu merasa dirinya lebih baik dari anggota atau karyawan sehingga setiap masalah yang muncul menjadi tanda ada kesalahan dalam kinerja anggotanya. Sementara dirinya merasa telah benar menjalankan arahan dan tugas. Sedangkan seorang bos yang suka nyervis juga menganggap setiap masalah ada kesalahan dalam kinerja anggotanya namun juga ikut mengakui kesalahan pada dirinya. Sehingga dalam menyelesaikannya dilakukan dengan sabar dan bertahap. Bahkan tipikal bos seperti ini kerap melakukan musyawarah atau perundingan dengan karyawan atau anggota dalam merumuskan masalah serta mencari solusinya.
5. Saya dan kami
Ilustrasi (pixabay.com) |
6. Otokrasi dan demokrasi
Bos yang suka diservis cenderung memiliki sifat otokrasi atau memerintah. Artinya semua arahan dan perintahnya adalah mutlak harus dilaksanakan dan dikerjakan oleh anggota atau bawahan. Meski kadang kala arahan dan perintah tersebut tidak berhubungan dengan target atau sasaran yang ingin dicapai pada perusahaannya. Bos yang seperti ini merasa kekuasaannya mutlak tidak boleh diganggu gugat dan bawahan hanya mengikuti. Pada perkembangannya bos semacam ini lebih ditakuti ketimbang disegani oleh anggota atau bawahan. Sehingga wajar banyak anggota yang terdampak negatif. Hal ini jauh berbeda dengan bos yang suka menyervis. Dalam hal ini aspirasi dari bawahan atau anggota amat penting salam memutuskan sesuatu. Aspirasi ini menjadi bahan seorang bos dalam menetapkan keputusan. Dalam hal ini juga bos dapat bersifat koordinator atau regulator dalam organisasi atau unit tertentu.
7. Artis dan sutradara
Ini mengacu juga dengan orientasi hasil dan proses tadi. Bos yang ingin diservis ibarat artis yang harus dimake up, diarahkan berlakon serta dipopulerkan. Artinya bos yang suka diservis lebih cenderung ingin punya nama baik di luar meski nama baik di "dalam" atau di antara anggota atau bawahan tercemar. Sebaliknya bos yang suka menyervis ibarat sutradara yang harus mengenal semua elemen di perusahaan atau organisasi. Mulai dari perkembangan kinerja anggota, hasil kinerja hingga kondisi dan keadaan anggota dalam hal ini artis. Tidak segan juga bos tipikal ini mengangkat bawahan atau anggota ke level lebih tinggi atau memberikan pengalaman lebih dalam bekerja. Bos tipikal ini akan senang bila memiliki nama baik di luar namun tidak akan senang bila memiliki nama buruk di dalam. Sebab menurutnya kerusakan di dalam akan menjadi awal kehancuran organisasi atau perusahaan.
Itulah 7 perbedaan antara bos yang suka diservis dan nyervis. Dalam hal ini penulis mengambil istilah servis yang artinya layanan. Dengan kata lain bos yang suka dilayani dan melayani anggotanya. Semoga bermanfaat.