7 Perbedaan Inbound Marketing dan Outbound Marketing Jaring Mahasiswa Baru

Ilustrasi kuliah (pixabay.com)

Perkembangan teknologi internet yang pesat dan menyeluruh hingga pelosok daerah di dunia tentu memaksa kampus ikut memanfaatkan pola tersebut khususnya dalam menjaring mahasiswa baru.

Bila selama ini menggunakan cara konvensional atau outbound marketing melalui promosi langsung atau mendatangi langsung sekolah, pola melalui promosi lewat internet juga perlu dikembangkan.

Sama dengan pola jualan daring, kampus juga perlu menggunakan sistem ini terlebih menjaring mahasiswa berkualitas perlu dilakukan di tengah persaingan kampus saat ini.

Bila dilihat kampus modern dan ternama telah terlebih dahulu menerapkan sistem ini, sayangnya kampus di Indonesia khususnya swasta yang jumlahnya lebih dari 50 persen dari total kampus di Indonesia masih memilih cara konvensional.

Persoalannya bukan tidak memiliki biaya namun dikarenakan masih minimnya pengetahuan tentang besarnya peluang mendapat mahasiswa lebih banyak bahkan berkualitas masuk kampusnya.

Terlebih dengan adanya pilihan kuliah daring tentu ini semakin memperkuat peluang sistem promosi yang dikenal dengan inbound marketing diterapkan di kampus.  

Walaupun demikian promosi melalui internet tidak dapat sembarang dilakukan bila konten atau bahan yang dimiliki kecil kemungkinan tertarik.

Kampus perlu berupaya memperkuat kualitas kampusnya khusunya dalam hal prestasi mahasiswa, hasil penelitian, metode pembelajaran, dan keunggulan lainnya.

Bila ditilik keduanya antara inbound dan outbound marketing memiliki persamaan namun banyak juga perbedaan. Berikut Teksinfo tampilkan 7 perbedaan di antara keduanya.


1. Inbound tidak bersifat memaksa, Outbound cenderung memaksa

Dua hal ini merujuk pada sasaran promosi di mana inbound lebih mengutamakan "attract" atau daya tarik kampus kepada calon mahasiswa. Sedangkan outbound kampus menggunakan promosi untuk menarik mahasiswa secara "gamble" siapa saja yang mau daftar. Dalam pola outbound juga tetap ada calon mahasiswa yang tertarik karena konten yang dipromosikan namun ini bukanlah priritas kampus yang lebih mengejar kuantitas. Ini sering dilakukan pada kampus di daerah yang dinilai belum memiliki pamor atau ranking di Dikti baik. Pola outbound ini terlihat memaksa dan mengganggu karena kadang dalam promosi terdapat konten yang "dibuat-buat". Atau saat harus memasang poster dan spanduk di suatu tempat bisa jadi mengganggu pengguna jalan dan sebagainya.

2. Media inbound berupa medsos dan website, media outbond media cetak dan elektronik

Pola inbound marketing amat mengandalkan media sosial dan website dalam mempromosikan kampusnya. Biasanya kampus yang menerapkan pola ini sedikit melebihkan biaya untuk memperkuat pengembangan website dan media sosial. Termasuk membuat promosi dalam bentuk foto, berita atau video di website. Akan tetapi hal ini akan jauh lebih efisien dibanding memasang iklan atau membuat selebaran bahkan spanduk raksasa dan sebagainya. Sedangkan pola outbound selain menggunakan media cetak seperti spanduk, atau brosur juga melalui promosi iklan penerimaan mahasiswa baru di koran, atau televisi. Sedangkan inbound biasa juga memanfaatkan situs video streaming yang gratis dalam menayangkannya.

3. Inbound berbiaya lebih kecil, outbound berbiaya lebih besar

Dengan hanya menggunakan internet melalui website dan medsos tentu akan lebih efisien. Secara hitungan membeli domain dan hosting website plus pemeliharaan membutuhkan dana tidak lebih dari Rp1 juta sampai Rp2 juta sedangkan media sosial menggunakannya secara gratis. Kemudian secara transportasi amat minim juga bahkan dapat dilakukan hanya dari kampus saja. Bila dibandingkan dengan pola outbound yang menghitung biaya perjalanan, biaya percetakan, biaya promosi dan lainnya akan dapat mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Beberapa waktu terakhir kampus mulai mengombinasikan pola inbound dan outbound marketing dengan penggunaan media massa online sebagai promosi kampus. Kampus secara berkala mempromosikan kegiatannya di media massa. Beberapa kampus mendapat keuntungan juga dari promosi ini karena mahasiswa mau masuk karena seringnya muncul "kampus" tersebut dalam pemberitaan. Dalam Inbound marketing ini disebut konten marketing dengan mengoptimalisasi SEO.

Ilustrasi (pixabay.com)

4. Inbound mengutamakan ketertarikan mahasiswa memilih, outbound fokus menjaring mahasiswa

Inbound marketing lebih pada pendekatan kampus kepada mahasiswa. Dengan kampus mempromosikan kontennya namun terdapat komunikasi interaktif baik melalui media sosial atau website. Sehingga mahasiswa dapat memutuskan pilihannya untuk masuk suatu kampus atau tidak berdasarkan keunggulan yang ada dalam institusi. Sementara pola outbound marketing sasarannya menjaring mahasiswa terlepas mahasiswa itu tertarik atau tidak. Dalam hal ini kampus menggunakan pihak ketiga misal arahan sekolah dan orang tua untuk memberikan pertimbangan kepada calon mahasiswa untuk masuk. Sedangkan inbound marketing sasarannya yakni kualitas selain kuantitas dari calon mahasiswa. Beberapa kampus bahkan sudah dapat memetakan potensi mahasiswa hanya dari komunikasi dengan pola inbound marketing.

5. Kampus perlu membangun kualitas sebagai bahan inbound, outbond apa yang ada dipromosikan

Ini sudah disebutkan di beberapa poin di atas, artinya pola inbound marketing dapat terwujud bila secara sistematis dan berkelanjutan memperkuat kualitas kampus. Atau setidaknya terdapat kegiatan yang berbeda dari kampus lain namun potensial jadi daya tarik mahasiswa. Sedangkan outbound marketing tidak harus selalu fokus pada kualitas namun lebih kuantitas. Kadang kala juga ada kampus yang mempromosikan fasilitas namun pada kenyataannya tidak seperti yang ditampilkan. 

6. Inbound kampus tidak perlu mendatangi sekolah untuk promosi, outbound punya kemungkinan menjemput langsung calon mahasiswa ke sekolah

Salah satu keunggulan dari inbound marketing adalah hal biaya, salah satunya karena tidak perlu datang langsung ke sekolah untuk promosi. Bahkan dapat melalui sistem ZOOM seperti yang dilaksanakan saat ini juga dapat dilakukan. Terpenting konten yang ditampilkan telah mewakili apa yang akan dipromosikan. Sedangkan outbond marketing masih memungkinkan kampus datang ke sekolah. Banyak pertimbangannya misal sekolah yang belum memiliki akses teknologi yang baik atau sekolah terpencil.  

7. Inbound mengandalkan komunikasi efektif, dan outbound terfokus pada efektivitas penggunaan media promosi seperti iklan, leaflet, poster hingga spanduk.

Meski inbound efektif memanfaatkan media sosial dan website sebagai media promosi namun prioritas pola ini lebih pada jalannya komunikasi antara kampus dan calon mahasiswa. Artinya terjadi komunikasi dua arah bahkan multi arah. Sedangkan outbound marketing lebih pada komunikasi satu arah. Meski kadang ada juga komunikasi dua arah dan multi arah saat melakukan kunjungan ke sekolah.

Pada dasarnya kedua pola pemasaran dan promosi itu dapat dilakukan bergantung pada kondisi dan kesiapan kampus masing-masing. Bahkan suatu kampus dapat menggunakan dua pola tersebut secara bersamaan agar efektivitasnya semakin baik. Dikatakan efektivitas ini yakni biaya untuk promosi tersebut berbanding lurus dengan mahasiswa yang masuk sesuai target atah bahkan melampaui. Meskipun demikian ini baru sebatas pengamatan analisis, dan peneltian kecil penulis, masih perlu dibuktikan lagi lewat riset. Semoga bermanfaat.


Referensi..

https://www.jmc.co.id/blog/cara-mempromosikan-kampus-swasta-baru-dan-negeri-agar-menarik-minat-mahasiswa-baru/

https://mbahwp.com/apa-itu-inbound-dan-outbound-marketing/

https://www.niagahoster.co.id/blog/inbound-marketing/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel