7 Cara Mengartikan Antara Teman dan Sahabat
Ilustrasi sahabat (pixabay.com) |
Tentu masih banyak orang yang menganggap bahwa sahabat adalah teman dan teman adalah sahabat meskipun pada kenyataannya kedua hal tersebut berbeda.
Di dalam Al Qur'an dan hadist sahabat ini selalu dimunculkan dalam banyak ayat mengacu pada Sahabat Nabi Muhammad SAW.
Dalam Al Qur'an dan hadist itu juga sahabat dijelaskan sebagai seseorang yang akan menyokong orang lain, baik dalam hal moril dan material meski bukan pertalian darah.
Bukan hanya menyokong tapi juga berani menjadi penasihat orang lain, berani mengkritik dan membangun serta menjadi tempat menyimpan kepercayaan.
Bahkan dalam sejarah yang termaktub dalam Al Qur'an dan Hadist sahabat nabi juga kerap sebagai pelindung Rasulullah SAW.
Dalam masa sekarang terdapat istilah teman yang sebenarnya masih kategori sahabat dengan ikatan lemah.
Artinya teman adalah bagian dari pendukung seseorang atau penyokong akan tetapi memiliki ikatan yang lebih lemah dari sahabat.
Sebagai contoh teman masih suka basa-basi dan cenderung memuji meski dalam hatinya tidak demikian. Berbeda dengan sahabat yang mau berkata sebenarnya , mengkritik demi sahabatnya maju.
Di bawah ini teksinfo akan paparkan 7 cara mengartikan antara teman dan sahabat. Ini didapat dari survei dan interview langsung ke beberapa orang.
1. Teman penasihat, sahabat pemberi solusi dan kritik
Seorang teman kerap memberikan nasihat kepada kita atau kritik namun tidak membangun. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan tentang diri kita amat minim hanya melihat apa yang ada di depannya. Hal ini berbeda dengan seorang yang menganggap kita sahabat, dia gak segan-segan akan menasihati "habis-habisan" sambil memberikan solusi. Bahkan seorang sahabat dengan inisiatifnya akan membantu masalah dan kemudian menilai apa yang kita lakukan dengan cermat dan detail. Hebatnya seorang sahabat akan menyadari dan ikhlas bila sahabatnya belum mampu atau enggan melakukan yang dimintanya.
2. Teman suka basa basi, sahabat blak-blakan
Ilustrasi persahabatan (pixabay.com) |
Teman masih bagian dari sahabat namun pada pelaksanaannya terdapat ikatan lemah salah satunya dalam hal kejujuran menilai seseorang. Misal teman kampus atau kantor lebih cenderung mencari kepentingannya saat mendekati seseorang. Belum tentu dia menaruh kepercayaan sehingga saat diminta sesuatu pendapat akan cenderung berbasa basi. Hal ini berbeda dengan sahabat yang akan blak-blakan atau jujur dengan apa yang kita minta. Meskipun demikian alih-alih menjatuhkan mental seseorang, sahabat justru mencoba memperkuatnya. Sahabat mungkin mengkritik atau apa adanya namun sembari menghibur atau memberikan pemahaman kepada kita mengenai suatu hal. Dia tidak segan juga memberikan banyak referensi untuk kita maju. Hal ini berbeda dengan teman yang saat ditanyai " apakah ini bagus untuk kita" jawabannya hanya bilang bagus tanpa menilai lebih jauh. Sedangkan sahabat mungkin mengatakan "itu tidak baik karena begini begitu, lebih baik yang ini karena".
3. Teman bisa jadi motivator tapi sahabat inisiator, aktor dan solutor
Hal ini kaitannya dengan curhat kita kepada seseorang. Bila hanya memberikan motivasi saja "kamu pasti bisa" tanpa ada kelanjutan argumentasi itulah yang dikatakan teman. Agar tidak menyinggung temannya "terpaksa" mengatakan yang terkesan luar biasa seperti "semangat" atau "kamu bisa" tanpa melanjutkan maksudnya. Hal ini berbeda dengan sahabat yang langsung atau tidak langsung sangat mengetahui karakter kita. Saat ada masalah sahabat akan menjadi pendengar yang baik kemudian dia secara inisiatif akan memberikan banyak saran namun ikut memilihkan saran terbaik. Bukan hanya itu dia mau mempertanggung jawabkan apa yang dikatakan atau nasehatnya . Kemudian saat kita terpuruk, seorang sahabat akan berusaha mengangkat kita dari bawah kembali ke puncak. Dan saat di puncak seorang sahabat tidak mengharapkan imbalan apapun dan terus menilai karakter kita. Sehingga selalu dapat menjadi penasehat baik untuk kita.
4. Teman ada karena kepentingan, sahabat ada karena kepedulian dan perhatian
Teman dapat kita miliki saat kita berada dalam lingkungan organisasi. Terkadang meski tidak kenal dekat itu juga termasuk teman. Dalam hal ini pada suatu organisasi atau lembaga, hubungan antara satu dengan yang lain dapat dikatakan pertemanan. Baik itu teman seruangan, teman shalat berjamaah, teman olahraga atau teman nge-game. Hal ini amat berbeda dengan sahabat yang datang karena adanya kepedulian dan perhatian. Artinya sahabat akan memiliki kepedulian dan selalu memberikan perhatian kepada kita terlepas apapun kepentingannya. Sahabat tidak akan takut kehilangan temannya karena selalu memiliki cara untuk meraihnya kembali. Selain itu sahabat tidak akan menjerumuskan kita justru memberikan arahan yang sesuai dengan karakter dan kemauan kita. Sahabat biasanya memiliki suatu kepribadian yang tidak seharusnya sama dengan yang dimiliki orang lain. Artinya sahabat menjadikan perbedaan itu suatu keindahan. Sehingga amat wajar pada prosesnya sahabat kerap bertengkar atau berbeda pendapat namun sejurus kemudian akur lagi.
5. Imej menjadi nomor satu bagi teman, bagi sahabat imej tidak penting
Seorang teman yang memiliki ikatan lemah tentu akan memberikan jarak kepada kita untuk masuk ke dalam kehidupannya. Hal ini berbeda dengan sahabat yang tidak memandang jarak dengan kita dan "easy going". Sahabat akan terbuka dengan kita apapun mulai dari kehidupan, keluarga hingga rahasianya. Bahkan aib pun akan dapat diketahui kita, dan dia tidak sungkan mengatakannya. Hal ini dikarenakan dia meyakini kita dapat membantu dia dan dia yakin dapat membantu kita. Namun sahabat tidak akan memaksakan juga harus membantu dirinya pada saat itu, dengan melihat keadaan dan kondisi kita.
6. Teman tidak harus selalu dilibatkan , tapi sahabat ingin selalu dilibatkan
Kadang kala memiliki sahabat yang agresif juga dapat menjadi dilema bagi kita khususnya saat kita menentukan suatu keputusan. Alih-alih sudah bulat menjadi ragu saat sahabat tidak menyetujuinya. Akan tetapi hal ini lumrah karena adanya rasa menyayangi di antara sahabat. Justru di saat seperti itulah perlu adanya komunikasi yang efektif dan bertanggung jawab. Biasanya sahabat yang baik pada akhirnya akan menerima setiap keputusan kita dan kemudian mendukungnya. Sekalipun akhirnya menjadi boomerang bagi kita, sahabat akan selalu ada menolong meski kita tidak mendengarkan nasehatnya. Ini akan berbeda bila hanya sekedar teman, biasanya tidak ingin terlibat dalam persoalan kita dan juga enggan membantu terlalu jauh. Akan tetapi dia akan sedikit lebih membantu bila ada kaitannya dengan dirinya sendiri.
7. Teman dibatas waktu, sahabat tak lekang oleh waktu
Seperti yang sudah disampaikan di paragraf sebelumnya teman ada karena lebih pada kepentingan misal organisasi, institusi atau lembaga. Sehingga kadang setelah itu selesai atau berakhir keeratan hubungan menjadi longgar. Atau hanya sekedar kenal nama dan menyapa saat berjumpa. Hal ini berbeda dengan sahabat yang sudah dianggap saudara sendiri tentunya keeratannya tak lekang oleh waktu. Artinya saat sekalipun terjadi perbedaan pandangan keeratan hubungan tetap terjaga. Tidak berbilang menit, jam, hari bahkan tahun seorang sahabat akan selalu ada untuk kita saat membutuhkan.
Itulah 7 cara mengartikan antara teman dan sahabat berdasarkan interview dan analisis Teksinfo. Tentunya ini hal ini tidak memastikan sebuah teori atau hipotesa, untuk sampai tahap itu memerlukan riset lebih dalam. Semoga bermanfaat.