Wahai Wanita, Pria Sadar Bagaimana Diposisikan
Ilustrasi (pixabay. com) |
Selama ini banyak pandangan bahwa kaum hawa atau wanita menjadi pihak yang kerap tertindas atau teraniaya oleh pria, padahal secara tidak sadar kaum adam pun telah diposisikan pada hal yang sama.
Bagi pria atau suami yang sangat mementingkan keluarga dibanding hal lainnya ini kerap terjadi bila ternyata sang istri atau wanitanya lebih memprioritaskan hal lain.
Contoh kecil perihal keluarga kecil dan keluarga besar. Seorang pria yang mengutamakan istri dan anak ternyata dibalas oleh wanitanya dengan menomor sekian kan posisi nya.
Artinya sang wanita atau istri tidak menomorsatukan kepentingan pria di atas segalanya. Bagi istri kepentingan keluarga besar seperti orang tua atau saudara masih di atas kepentingan suami atau pasangan.
Bahkan lebih parah saat telah memiliki anak, kepentingan buah hati jauh lebih diutamakan kepentingan suami atau bapak anak-anaknya.
Ilustrasi (pixabay. com) |
Suami di posisi tiga ini akan diperparah bila istri memiliki karier atau berpendidikan lebih tinggi. Terlebih bila orang lain dinilainya lebih banyak membantu dibanding suaminya.
Maka lengkaplah sudah posisi suami tidak berada di nomor satu pada pikiran atau mata istri.
Kadang bagi sebagian besar orang hal ini hanya suatu "kelebayan" atau berlebihan bila mengacu pada perkembangan zaman.
Dengan berasaskan toleransi amat wajar bila suami perlu membagi kepentingan dirinya dengan yang lain oleh istri. Sehingga paradigma suami tidak nomor satu lagi lebih pada pilihan pandangan saja.
Akan tetapi sebagian kecil menganggap hal ini bukti kurang taatnya istri terhadap suami seperti yang termaktub dalam Al Quran dan Hadist.
Ilustrasi (pixabay.com) |
Salah satu buktinya saat suami dinomor sekiankan dalam pandangan istri bukanlah kewajiban yang pertama untuk ditaati.
Sebab kepentingan selain suami misal orang tua, adik kakak, teman menjadi yang pertama harus dipenuhi. Dan suami harus mengikuti alur itu.
Memang tidak semua pria atau suami ini menjadi sebuah penindasan atas kepentingannya. Akan tetapi wanita tidak boleh keliru, pria juga paham di mana posisinya saat mengalami hal di atas.
Itu sebabnya banyak pria taat atau setia pada akhirnya meninggalkan wanitanya dikarenakan ketidaktaatan istrinya. Memang tidak serta merta itu mengindikasikan karena terabaikannya kepentingan. Akan tetapi hal tersebut menjadi pemicu awal suami hengkang dari istrinya.
Hengkang atau meninggalkan istri bukan berarti terkait talak atau cerai. Namun juga salah satunya melalui tidak digubrisnya lagi kepentingan istri oleh suami. Meski wanitanya cerewet ini itu, marah sana sini, sang pria tetap cuek dan tidak akan terlalu memikirkannya.
Bila hal ini terjadi terus menerus maka sang pria benar-benar akan berpaling ke wanita lain.
Walaupun demikian tidak sedikit juga pria yang tetap bertahan pada posisi seperti itu, sambil terus memohon kepada Allah akan nasibnya. Pria atau suami seperti ini tetap setia mendampingi istri, mengurus anak, menghargai keluarga besar istri terpenting sedikit mau mengikhlaskan saat kepentingannya terabaikan.
Pria seperti ini masih memiliki keyakinan untuk kembali menjadi nomor satu lagi di mata istri. Walaupun saat ini dia sadar posisinya bukan di tempat pertama.
Sehingga perlu perhatian bagi wanita bila suaminya segera datang saat meminta bantuan, dan masih senang berkeliaran di sekitar rumah kemudian ketakutan saat sakit. Segeralah peluk dan sayangi dengan sepenuh hati.
Riak-riak kecil yang mungkin diletupkan dalam hal bicara atau sikap tentu masih dapat diperbaiki. Akan tetapi mencari kesetiaan pria untuk terus selalu ada bagi wanitanya tentu tidak mudah.
Akan tetapi kembali semua berdasarkan sudut pandang dan keyakinan kepada tali agama Allah SWT. Wanita atau pria wajib mempelajari keilmuan dalam hal rumah tangga dan selalu menaati setiap arahan dan perintah Nya serta menjauhi yang dilaknat Nya. Agar keduanya suami dan istri dapat bersama kembali di Surga Jannah. Aaamiiin.