Ternyata Toksik Relations Itu Dari Diri Sendiri

 
Ilustrasi.

Hubungan toksik atau racun meracuni antar pasangan, antar teman, keluarga bahkan antara relasi bisnis senantiasa merusak harmonisasi dalam hubungan tersebut.

Banyak yang menilai toksik relations atau hubungan racun dikarenakan orang atau seseorang, akan tetapi bila ditilik lebih lanjut hal ini terjadi dikarenakan ketidakmampuan diri dalam menahan prasangka buruk yang berujung pada sikap negatif lainnya.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, secara sistematikanya, toksik relations ini dimulai dari prasangka seseorang yang negatif kepada orang lain kemudian menyebabkan munculnya perasaan terintimidasi.

Setelah orang lain tersebut mengalami intimidasi maka muncul juga prasangka buruk yang seterusnya bila seseorang tersebut mencari sekutu akan ada prasangka buruk berangkai.

Dari suatu kelompok tersebut tentunya memiliki pengembangan pemikiran yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan pengalaman dan pengetahuan yang berbeda.

Imbasnya akan beberapa orang yang akan melakukan hal melebihi dari prasangka seperti ghibah yang berujung fitnah.

Secara berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu bahkan dapat bertahun-tahun pola ini akan bertahan yang akhirnya menimbulkan sikap lebih buruk lainnya seperti kebencian, dendam dan dengki yang berujung pada permusuhan.

Pola ini yang terus berulang setiap waktunya dinamakan toksik karena akan meracuni hidup kehidupan orang dan orang lain.

Ilustrasi.

Seperti pengalaman penulis banyak juga mereka yang berada pada pola toksik ini sering mengalami gangguan jiwa, sakit fisik hingga kehilangan motivasi.

Secara gambarannya hanya karena hubungan toksis, baik itu di keluarga, teman atau rekan kerja mempengaruhi kehidupan dan pengembangan diri di masa depan.

Khusus dunia kerja, terlepas itu persoalan hierarki posisi atau jabatan, inti dari toksik ini jelas dari tidak adanya pengendalian diri sendiri.

Pertama tidak adanya pengendalian diri dari sang provokator atau yang mencetuskan pertama kali prasangka buruk, kedua tidak adanya pengendalian diri dari orang pertama yang menerima informasi.

Khusus bagi orang kedua ini dirinya tidak mampu mengendalikan diri untuk tidak menyebarkan informasi dan tidak mampu mengendalikan diri untuk terhasut sang provokator.

Sehingga seterusnya informasi prasangka ini tersebar dan berubah menjadi banyak hal itu fitnah, gossip dan lainnya.

Ilsutrasi.

Sehingga dengan demikian toksik hubungan dapat dicegah bila diri sendiri mampu mengendalikan prasangka buruk terhadap orang lain.

Sebab bisa saja setiap prasangka buruk yang masuk ke dalam pikiran kita sebenarnya bisa saja pertanda yang Allah SWT berikan kepada kita untuk berhati-hati dalam bertindak.

Bisa juga sebagai cara Allah SWT menunjukkan kekurangan kita atau rasa bersalah kita namun bisa saja godaan Syetan membuatnya jadi perasaan menyalahkan orang lain yang berujung pada prasangka negatif.

Untuk itu marilah kita bersama saling berprasangka positif sehingga sedari awal dapat mengendalikan perilaku buruk lainnya. Semoga bermanfaat.   

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel